Sedikit Curhat.. tentang Pemikiran

23.02 Rahasanica Nariswari P 0 Comments

Sudah satu setengah bulan lamanya aku belum juga konsultasi perihal skripsi ke dosen pembimbing. Meski sudah lebih dari setengah jalan, karena saat ini aku telah berkutat pada bab 4, aku belum juga menuangkan hasil analisisku untuk menggenapkan sisanya. Bukan karena malas menyebarkan kuesioner, atau mengambil data, atau bukan alibi soal dosbingku yang sibuk, atau pun kesibukanku. Setuju dengan pernyataan dosbingku kala pertama kali bertemu (haha..) semestinya tidak ada yang boleh mengatakan bahwa saya tidak punya waktu, tapi yang ada hanyalah saya tidak dapat mengatur waktu (tamparan telak). Karena Tuhan Maha Adil, Dia memberikan waktu yang sama bukan pada setiap hambanya, sehari sama dengan 24 jam? Sesungguhnya kitalah yang berlaku tidak adil.
Satu lebih setengah bulan ini aku disibukkan dengan perhelatan pemikiran-pemikiran yang hadir dalam meramaikan kajian semiotika. Ya, itu adalah metode analisisi yang aku gunakan dalam skripsi ini. Jika dalam mentode kuntitatif kita diajarkan mengoperasikan apilkasi statistik, tidak sama dengan halnya dalam metode kualitatif. Dalam menggunakan metode kualitatif, seperti kajian semiotika, kajian yang mempelajari seputar tanda, tidak ada mata kuliah di jurusanku, akuntansi, yang secara khusus yang membahas detail cara kerjanya. Hal ini mungkin juga dikaarenakan masih sedikit penelitian yang menggunakan metode kualitatif, khususnya di bidang akuntansi.
Semiotika.. ketika aku ketik kata ini pada kotak search di perpustakaan fakultas, tidak ada buku yang tersedia. Pencarian beralih ke perpustakaan universitas, disana aku temukan dalam ranah komunikasi, beberapa dalam psikologi dan sosiologi.
Setelah membaca screening tiga buku perihal semiotika, ada beberapa hal yang menjadi penyebab perhelatan pemikiranku. Ketika membahas tokoh-tokoh semiotika, seluruh tokoh yang diperkenalkan adalah tokoh barat (meskipun di era saat ini sebenarnya juga banyak terjadi pada bidang penelitian lainnya). Aku tidak menampik beberapa penyataannya seputar tanda yang aku anggap sejalan dengan prinsip hidup yang aku anut selama ini, namun aku agaknya mulai berhati-hati, hampir semuanya adalah seorang filosofis barat. Dan salah satu diantaranya menjadi penganut atheis yang sebelumnya merupakan seorang religious katholik. Padahal, kajian semiotika ini aku gunakan untuk mengekspolrasi nilai-nilai agama. Namun yang aku justru temukan di dalamnya adalah dogma negatif seputar agama. Ada pernyataan yang kemudian muncul, dapatkah metode ini aku gunakan? Beberapa hal dalam buku yang aku tangkap, yaitu seseorang tidak dapat mencampur adukkan agama dalam menganalisis seni, kemudian pernyataan perihal agama adalah sebuah hasil dari kebudayaan, Sehingga aku menyimpulkan dalam pemaparan semiotika yang aku baca, bahwa kebudayaan meruapakan hal tertinggi yang mendasari seseorang dalam melakukan sesuatu.
Aku meyakini bahwa Islam bukan lahir dari sebuah kebudayaan, justru kebudayaan yang barulah, yang kemudian hadir dari Islam untuh mencerahkan kehidupan bangsa Arab dan bangsa-bangsa di dunia. Jika kita berpikir mengenai kebaradaan makhluk di dunia ini dan hamparan alam semesta, sungguh kita semestinya mampu merendahkan diri dan meyakini adanya  Zat Yang Maha Kuasa dalam menciptakan semuanya. Semua tercipta dengan indah, teratur dan rapi. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang (Q.S. 36: 40). Oleh karenanya, menjadi atheis sangatlah salah satu bentuk penyimpangan dari pengakuan terhadap hal tersebut. Meski tidak menyadari seorang anak dilahirkan dari Rahim ibunya, merupakan perbuatan durhaka jika anak tersebut tidak mengakui keberadaan ibu sebagai perantara kelahirannya. Meski seorang anak tidak tidak mengerti bagaimana peran ayahnya dalam kelahirannya, sungguh menyimpang seorang anak yang tidak mengakui ayahnya. Hal ini juga menjawab perihal tidak tersedianya surga bagi mereka yang atheis dan kafir? Mengapa? Bagaimana mungkin ia meminta surga yang Tuhan ciptakan tapi ia tidak mengakui ia sebagai Tuhannya. Bagaimana mungkin pula ia meminta ampunan dan rahmat dari Tuhan Yang Satu itu ketika ia menuhankan yang lain, mempercayai bahwa zat yang lain itulah yang mampu memberikan ampunn dan rahmat baginya.
Perihal agama merupakan kebudayaan. Ya, kecuali Islam. Islam tidak terbntuk dari hasil kebudayaan setempat. Islam hadir mencerahkan kebudayaan jahiliyah yang ada saat itu. Ajaran Islam yang dibawanya banyak bertentangan dengan kebudayaan Jahiliyah yang dianut pada masa itu.
Menanggapi perhelatan pemikiran, kemarin akhirnya aku berkonsultasi dengan dosen pembimbing. Ada perasaan khawtir disana, takut-takut pemikiran ini tak sejalan mengingat beliau pun sudah lama menekuni seluk beluk semiotika. Setelah menjelaskan apa yang menjadi perhelatan dan hal-hal yang aku yakini beliau pun menjelaskan, kamu harus bisa mengkritisinya, hadirkan pendapat yang mendukung bahwa Islam adalah agama yang unik karena berasal langsung dari wahyu Allah SWT, bukan merupakan hasil dari sebuah kebudayaan. Agama Islam hadir melalui wahyu yang disampaikan kepada utusannya, rasulullah. Rasulullah yang ummi,  yang tidak bisa baca-tulis saat itu, juga menjadi bukti bahwa tersebut adalah murni dari Allah SWT, karena terputusnya dugaan bahwa rasulullah mencontek kitab-kitab sebelumnya. Ajaran yang dibawakan Nabi Muhammad, sebagai rasulullah, pun lestari hingga sekarang, tidak ada penambahan atau pengurangan terhadap firman yang disampaikan Allah SWT hingga saat ini. Kemurnian ini dijunjung tinggi umat Islam sebagai bentuk kepatuhan dan penghormatan tertinggi terhadap firman Tuhannya. Sehingga bentuk menuhankan Tuhan pun semestinya juga tercermin dalam segala tindak tanduk umat muslim. Meyakini adanya Tuhan sebagai penguasa alam semesta, semestinya menempatkan Tuhan pada tempat tertinggi dalam melakukan segala sesuatunya, termasuk dalam menganalisis hal-hal kebudayaan, seni pada khususnya. Sehingga tidak patut menanggalakan agama dalam hal apapun, karena keberadaan hak-hak Tuhan yang menjadi prioritas utama untuk kita penuhi sebelum memenuhi hak-hak lainnya.
Nampaknya perhelatan ini pun belum berhenti sampai disini, jika ada rezeki mungkin beberapa saat lagi akan aada masa untukku beradu pendapat dengan pakar semiotika lainnya, notabene bukan seorang muslim. Mungkin ini jawaban Allah mengenai penjelasanku beberapa waktu lalu saat presentasi di kuliah Teori Akuntansi, saya ingin mampu menjelaskan hal ini dengan tidak kekiri-kirian ataupun tidak kekanan-kananan pak sehingga apa yang diungkapkan dalam penelitian ini mampu diterima seluruh pihak dan diyakini kebenarannya pak.

In sya Allah J

0 komentar: