Aku Sakit, Kenapa Engkau Tak Menjenguk-Ku?

21.15 Rahasanica Nariswari P 0 Comments

Izinkan aku menuliskan untukmu sekelumit pesan dari Nabiku. Aku temukan pesan-pesan Nabi Shallaallahu 'alaihi wa Sallam yang membuat jantung gemetar. Ada ayat Allah yang membuatku tak punya pilihan lain di saat ini, kecuali menyampaikannya padamu sekalian. Maka, dengarkanlah dengan hati yang tulus dan jiwa yang tunduk dengan teguran dari Tuhanmu:

Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar (Q.S. Al-Hadiid [57]: 7)

Apakah yang Allah maksud ketika memperingatkan kita untuk menafkahkan sebagian dari harta yang kita miliki? Wallahu 'alam. Sesungguhnya, yang sedang berbicara kepadamu ini,tidak ada ilmu padanya kecuali sangat sedikit. Tak ada pengetahuan yang cukup padanya. Karenanya, untuk mengetahui maksud Allah dengan perintah nafkahkanlah itu, izinkanlah aku menghadirkan kepadamu  sabda Nabiku, Muhammad Shallaallahu 'alaihi wa Sallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani. Ingatlah ketika Nabimu bersabda:

Sesungguhnya Allah mewajibkan atas orang-orang kaya Muslim untuk mengeluarkan harta mereka seukuran yang dapat memberikan keleluasaan hidup bagi orang-orang miskin. Tidak mengalami kesengsaraan orang-orang miskin, bila mereka lapar atau telanjang, kecuali karena perbuatan orang-orang kaya juga. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban orang-orang kaya itu dengan pengadilan yang berat dan akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih. (H.r. Ath-Thabrani)

Sayyid Sabiq, salah seorang ulama mutakhir yang terkenal dengan Fiqhus-Sunnah-nya mengutip hadis ini seusai menukil ayat Al-Qur'an, "Dan orang-orang yang pada hartanya ada hak yang tersurat, bagi yang meminta pertolongan dan bagi yang melarat (tidak meminta pertolongan)." (Q.s. Al-Ma'arij [70]: 24-25)

Hari ini, ktika masjid-masjid kita telah berdiri begitu megahnya di tengah kaum Muslimin yang ditimpa kemelaratan, maka sudah saatnya kita memperhatikan peringatan Nabi Shallaallahu 'alaihi wa Sallam. Ada banyak saudara-saudara kita yang melarat, tetapi mulut mereka tak kuasa bicara karena besarnya rasa malu dan kuatnya keinginan untuk menjaga kehormatan diri. Mereka terdiam tak bicara, bukan tak punya keinginan untuk menghalau rasa lapar dan kemelaratan yang menimpa mereka. Terkadang mereka tak kuasa bicara karena tak tahu dimana letak kesalahannya, Patutkah mempertanyakan pemugaran masjid-masjid yang sudah megah di saat iman saudara-saudara kita nyaris tergadai karena gula dan mie instan yang diberikan secara Cuma-Cuma dari pemeluk agama yang berbeda?

Rasanya, tak sampai mulut ini berbicara karena bukankah masjid itu rumah Tuhan? Mereka tak bicara karena mungkin mereka tak pernah mendengar peringatan dari Umar bin Khaththab agar kita tidak sibuk berlomba memegahkan masjid. Atau mungkin mereka tak bicara karena besarnya keinginan untuk mempertahankan kehormatan diri. Tetapi, mereka bicara atau tidak, perut yang lapar tidak selesai hanya dengan anjuran untuk bersabar.

Hari-hari ini, kita menghadapi saat-saat yang sulit. Bencana terjadi silih berganti. Tanah-tanah yang kita injak, satu persatu mulai bergerak runtuh. Bukit-bukit yang mengokohkan Bumi kita, perlahan-lahan mulai sakit dan tak kuat lagi menanggung betapa angkuhnya kita. Sementara wajah saudara-saudara kita, taklagi penuh keramahan seperti dulu. Sebagian diantara saudara kita ada yang menjadi begitu rentan terhadap kemarahan. Ada diantara mereka yang mudah tersulut. Salah satu sebabnya adalah nestapayang takkunjung mendapatkan penawarnya darisaudara-saudara mereka yang kaya.

Teringatlah saya dengan sebuah peringatan dari Nabi kita, Muhammad Shallaallahu 'alaihi wa Sallam. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad pernah berkata, "Serahkan sedekahmu sebelum datang suatu masa ketika engkau berkeliling menawarkan sedekahmu. Orang-orang miskin akan menolaknya seraya berkata, "Hari ini kami tidak perlu bantuanmu. Yang kami perlukan darahmu."
Ketika kita memberi sedekah, sesungguhnya yang kita lakukan adalah mengeluarkan dari kita hak orang miskin. Kita menafkahkan sebagian dari harta kita di jalan yang Allah Ta'ala perintahkan. Bukankah Allah 'Azza wa Jalla sendiri yang menegur kita dengn pertanyaan retoris-Nya:

Tahukah kamu siapa yang mendustakan agama? Itulah orang-orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang-orang yang shalat, yakni orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya', dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna. (Q.s. Al-Maa'uun [107]: 1-7)

Ya Allah, jangan-jangan kita termasuk orang yang mendustakan agama. Ada orang-orang yang tidak bisa tidur di malam hari karena rasa lapar yang teramat sangat, tetapi di bulan Ramadhan sekalipun kita masih sanggup tidurkarena tak sanggup lagi menghabiskan makanan. Maka, kepada siapa kita memohon syafaat di hari Kiamat jika kita tidak dihitung sebagai orang yang mengimani rasulullah Shallaallahu 'alaihi wa Sallam? Bukankah nabi kita telah bersabda, Tidak beriman kepadaku orang yang tidur kenyang, sementara tetangganya kelaparan di sampingnya. (H.r. Ath-Thabrani dan Al-Bazzar)

Senada dengan itu, Allah menegur kita dengan ungkapan yang halus dalam sebuah hadis qudsi riwayat Muslim, Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala kelak di Hari Kiamat akan bertanya, "Hai Anak Adam, Aku sakit, tetapi kenapa engkau tidak menjenguk-Ku?"

Jawab Anak Adam, "Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku harus menjenguk-Mu, sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?"

Allah bertanya, "Apakah engkau tidak tahu bahwa hamba-Ku si fulan sakit,sedangkan engkau tidak menjenguknya? Apakah engkau tidak tahu, seandainya engkau kunjungi dia, maka engkau akan dapati aku di sisinya?"

"Hai Anak Adam, Aku meminta makan kepadamu, tetapi kenapa engkau tidak memberi-Ku makan?" Jawab Anak Adam, Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi makan kepada-Mu, sedangkan Engkau Tuhan Semesta Alam?"

Allah bertanya, "Apakah engkau tidak tahu hambaku si fulan meminta makan kepadamu, sedangkan engkau tidak memberinya makan? Apakah engkau tidak tahu seandainya engkau memberinya makan, engkau akan mendapatkannya di sisi-Ku? Aku meminta minum kepadamu, tetapi kenapa engkau tidak memberi-Ku minum?" Jawab Anak Adam, "Bagaimana mungkin aku melakukan, padahal Engkau Tuhan Semesta Alam?"

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, hamba-Ku si Fulan meminta minum kepadamu, tetapi engkau tidak memberinya minum. Ketahuilah, seandainya engkau memberinya minum, maka sudah pasti engkau mendapatkan-Nya disisi-Ku." (H.r. Muslim)


Kalau setiap saat kita menengadahkan tangan untuk memanjatkan doa kepada-Nya seraya memohon ampun, sementara kita tak pernah mau mengeluarkan sedikit dari harta kita meski hanya berupa seteguk air untuk orang yang nestapa, masih pantaskah kita mengharap pertemuan dengan-Nya?

Oleh: Muhammad Fauzil Adhim

0 komentar: