Aku Sakit, Kenapa Engkau Tak Menjenguk-Ku?
Izinkan aku menuliskan untukmu
sekelumit pesan dari Nabiku. Aku temukan pesan-pesan Nabi Shallaallahu 'alaihi wa Sallam yang
membuat jantung gemetar. Ada ayat Allah yang membuatku tak punya pilihan lain
di saat ini, kecuali menyampaikannya padamu sekalian. Maka, dengarkanlah dengan
hati yang tulus dan jiwa yang tunduk dengan teguran dari Tuhanmu:
Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan
nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu
menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar (Q.S. Al-Hadiid [57]: 7)
Apakah yang Allah maksud ketika
memperingatkan kita untuk menafkahkan sebagian dari harta yang kita miliki? Wallahu 'alam.
Sesungguhnya, yang sedang berbicara kepadamu ini,tidak ada ilmu padanya kecuali
sangat sedikit. Tak ada pengetahuan yang cukup padanya. Karenanya, untuk
mengetahui maksud Allah dengan perintah nafkahkanlah itu, izinkanlah aku
menghadirkan kepadamu sabda Nabiku,
Muhammad Shallaallahu 'alaihi
wa Sallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani. Ingatlah
ketika Nabimu bersabda:
Sesungguhnya Allah mewajibkan
atas orang-orang kaya Muslim untuk mengeluarkan harta mereka seukuran yang
dapat memberikan keleluasaan hidup bagi orang-orang miskin. Tidak mengalami
kesengsaraan orang-orang miskin, bila mereka lapar atau telanjang, kecuali karena
perbuatan orang-orang kaya juga. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah akan
meminta pertanggungjawaban orang-orang kaya itu dengan pengadilan yang berat
dan akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih. (H.r. Ath-Thabrani)
Sayyid Sabiq, salah seorang ulama
mutakhir yang terkenal dengan Fiqhus-Sunnah-nya mengutip hadis ini seusai
menukil ayat Al-Qur'an, "Dan orang-orang yang pada
hartanya ada hak yang tersurat, bagi yang meminta pertolongan dan bagi yang
melarat (tidak meminta pertolongan)."
(Q.s. Al-Ma'arij
[70]: 24-25)
Hari ini, ktika masjid-masjid
kita telah berdiri begitu megahnya di tengah kaum Muslimin yang ditimpa
kemelaratan, maka sudah saatnya kita memperhatikan peringatan Nabi Shallaallahu 'alaihi wa Sallam.
Ada banyak saudara-saudara kita yang melarat, tetapi mulut mereka tak kuasa
bicara karena besarnya rasa malu dan kuatnya keinginan untuk menjaga kehormatan
diri. Mereka terdiam tak bicara, bukan tak punya keinginan untuk menghalau rasa
lapar dan kemelaratan yang menimpa mereka. Terkadang mereka tak kuasa bicara
karena tak tahu dimana letak kesalahannya, Patutkah mempertanyakan pemugaran
masjid-masjid yang sudah megah di saat iman saudara-saudara kita nyaris
tergadai karena gula dan mie instan yang diberikan secara Cuma-Cuma dari pemeluk
agama yang berbeda?
Rasanya, tak sampai mulut ini
berbicara karena bukankah masjid itu rumah Tuhan? Mereka tak bicara karena
mungkin mereka tak pernah mendengar peringatan dari Umar bin Khaththab agar
kita tidak sibuk berlomba memegahkan masjid. Atau mungkin mereka tak bicara
karena besarnya keinginan untuk mempertahankan kehormatan diri. Tetapi, mereka
bicara atau tidak, perut yang lapar tidak selesai hanya dengan anjuran untuk
bersabar.
Hari-hari ini, kita menghadapi
saat-saat yang sulit. Bencana terjadi silih berganti. Tanah-tanah yang kita
injak, satu persatu mulai bergerak runtuh. Bukit-bukit yang mengokohkan Bumi
kita, perlahan-lahan mulai sakit dan tak kuat lagi menanggung betapa angkuhnya
kita. Sementara wajah saudara-saudara kita, taklagi penuh keramahan seperti
dulu. Sebagian diantara saudara kita ada yang menjadi begitu rentan terhadap
kemarahan. Ada diantara mereka yang mudah tersulut. Salah satu sebabnya adalah
nestapayang takkunjung mendapatkan penawarnya darisaudara-saudara mereka yang
kaya.
Teringatlah saya dengan sebuah
peringatan dari Nabi kita, Muhammad Shallaallahu
'alaihi
wa Sallam. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad pernah berkata, "Serahkan
sedekahmu sebelum datang suatu masa ketika engkau berkeliling menawarkan
sedekahmu. Orang-orang miskin akan menolaknya seraya berkata, "Hari ini kami tidak perlu bantuanmu.
Yang kami perlukan darahmu."
Ketika kita memberi sedekah,
sesungguhnya yang kita lakukan adalah mengeluarkan dari kita hak orang miskin.
Kita menafkahkan sebagian dari harta kita di jalan yang Allah Ta'ala
perintahkan. Bukankah Allah 'Azza wa Jalla sendiri yang menegur
kita dengn pertanyaan retoris-Nya:
Tahukah kamu siapa yang mendustakan agama?
Itulah orang-orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi
makan orang miskin. Maka celakalah orang-orang yang shalat, yakni orang-orang
yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya', dan enggan (menolong dengan) barang
yang berguna. (Q.s. Al-Maa'uun [107]: 1-7)
Ya Allah, jangan-jangan kita
termasuk orang yang mendustakan agama. Ada orang-orang yang tidak bisa tidur di
malam hari karena rasa lapar yang teramat sangat, tetapi di bulan Ramadhan
sekalipun kita masih sanggup tidurkarena tak sanggup lagi menghabiskan makanan.
Maka, kepada siapa kita memohon syafaat di hari Kiamat jika kita tidak dihitung
sebagai orang yang mengimani rasulullah Shallaallahu
'alaihi
wa Sallam? Bukankah nabi kita telah bersabda, Tidak beriman kepadaku orang
yang tidur kenyang, sementara tetangganya kelaparan di sampingnya. (H.r. Ath-Thabrani dan Al-Bazzar)
Senada dengan itu, Allah menegur
kita dengan ungkapan yang halus dalam sebuah hadis qudsi riwayat Muslim,
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala kelak di Hari Kiamat akan
bertanya, "Hai
Anak Adam, Aku sakit, tetapi kenapa engkau tidak menjenguk-Ku?"
Jawab Anak Adam, "Ya Tuhanku,
bagaimana mungkin aku harus menjenguk-Mu, sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta
Alam?"
Allah bertanya, "Apakah engkau
tidak tahu bahwa hamba-Ku si fulan sakit,sedangkan engkau tidak menjenguknya?
Apakah engkau tidak tahu, seandainya engkau kunjungi dia, maka engkau akan
dapati aku di sisinya?"
"Hai Anak Adam, Aku meminta makan
kepadamu, tetapi kenapa engkau tidak memberi-Ku makan?" Jawab Anak Adam,
Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi makan kepada-Mu, sedangkan Engkau
Tuhan Semesta Alam?"
Allah bertanya, "Apakah engkau
tidak tahu hambaku si fulan meminta makan kepadamu, sedangkan engkau tidak
memberinya makan? Apakah engkau tidak tahu seandainya engkau memberinya makan,
engkau akan mendapatkannya di sisi-Ku? Aku meminta minum kepadamu, tetapi
kenapa engkau tidak memberi-Ku minum?" Jawab Anak Adam, "Bagaimana
mungkin aku melakukan, padahal Engkau Tuhan Semesta Alam?"
Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman, hamba-Ku si Fulan meminta minum kepadamu, tetapi engkau tidak
memberinya minum. Ketahuilah, seandainya engkau memberinya minum, maka sudah
pasti engkau mendapatkan-Nya disisi-Ku." (H.r. Muslim)
Kalau setiap saat kita
menengadahkan tangan untuk memanjatkan doa kepada-Nya seraya memohon ampun,
sementara kita tak pernah mau mengeluarkan sedikit dari harta kita meski hanya
berupa seteguk air untuk orang yang nestapa, masih pantaskah kita mengharap
pertemuan dengan-Nya?
Oleh: Muhammad Fauzil Adhim
0 komentar: