Mengingat Allah

19.54 Rahasanica Nariswari P 0 Comments



Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.S Ar Ra’du: 28)

Berdzikir atau mengingat Allah sebetulnya tidak hanya dapat dilakukan ketika shalat atau berada di masjid. Mengingat Allah dapat  dilakukan saat belajar, saat rekreasi, saat menunggu, saat dalam perjalanan, bahkan saat bekerja. Namun bisa jadi kesibukan dunia telah melalaikan diri dari mengingat-Nya. Kelalaian itu akan sangat mungkin membuka pintu kemaksiatan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.  
Berdzikir sendiri ada berbagai macam cara. Diantara bentuknya adalah menyebut asma Allah disertai dengan perenungan makna juga pengimplementasiannya. Selain itu, berdizikir dapat pula dilakukan dengan cara mengingat dan mensyukuri nikmat Allah. Nikmat Allah sebetulnya selalu hadir hanya saja kita alpha mengingat dan mensyukurinya, seperti saat bangun tidur, sampai ke tujuan perjalanan, melihat hal yang mengagumkan, dan banyak lagi. Menuntut ilmu dalam sebuah majelis juga bagian dari mengingat Allah.

Dengan berdizikir, manusia seolah-olah menyandarkan dirinya pada Dzat yang kokoh, Allah Subhanahu wa taala, sehingga akan mengokohkan ruh dan hati. Jadi, manusia sebenarnya dapat melakukan charge pada jiwa dengan berdizikir kepada-Nya. Selain transfer power, berdzikir adalah salah satu cara manusia berupaya meraih keridhoan Allah Subhanahu wa ta’ala. Salah satu contohnya adalah beristighfar. Keutamaan istighfar dalam berdzikir ini sebagaimana diketahui diantaranya dapat menjadi sebab terampuninya dosa, mendatangkan rahmat Allah, membersihkan hati, melapangkan kesempitan, bahkan melancarkan rezeki. Belum lagi kalimat-kalimat dzikir yang lainnya. Oleh karenanya penting bagi manusia untuk menjaga lisan dan hatinya senantiasa berdzikir kepada Allah.

Dari Abdullah bin Busr, ia berkata, “Ada dua orang Arab (badui) mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lantas salah satu dari mereka bertanya, “Wahai Rasulullah manusia yang bagaimanakah yang baik?” jawab beliau, “Yang panjang umurnya dan baik amalannya.” Salah satunya lagi bertanya, “Wahai Rasulullah sesungguhnya syariat Islam amat banyak. Perintahkanlah kepadaku suatu amalan yang bisa kubergantung padanya.” “Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir pada Allah,” jawab beliau. (H.R. Ahmad)

Ibnul Qayyim menjelaskan, dengan berdizikir rasa takut pada Allah akan semakin besar. Dengan demikian dirinya selalu berupaya tunduk pada syariat-Nya, karena ia menyadari ada Allah yang Maha Mengetahui. Sementara jika seseorang lalai dari dzikir, tentu akan menimbulkan hal sebaliknya, rasa takut pada Allah akan semakinberkurang, sehingga bisa jadi cenderung tidak mengindahkan aturan-aturan-Nya.


Semoga kita selalu terjaga dari maksiat kepada  Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menjaga selalu mengingat-Nya.

You Might Also Like

0 komentar: