Mengingat Allah
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.S Ar Ra’du: 28)
Berdzikir atau mengingat Allah
sebetulnya tidak hanya dapat dilakukan ketika shalat atau berada di masjid.
Mengingat Allah dapat dilakukan saat
belajar, saat rekreasi, saat menunggu, saat dalam perjalanan, bahkan saat
bekerja. Namun bisa jadi kesibukan dunia telah melalaikan diri dari
mengingat-Nya. Kelalaian itu akan sangat mungkin membuka pintu kemaksiatan pada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Berdzikir sendiri ada berbagai
macam cara. Diantara bentuknya adalah menyebut asma Allah disertai dengan
perenungan makna juga pengimplementasiannya. Selain itu, berdizikir dapat pula
dilakukan dengan cara mengingat dan mensyukuri nikmat Allah. Nikmat Allah
sebetulnya selalu hadir hanya saja kita alpha
mengingat dan mensyukurinya, seperti saat bangun tidur, sampai ke tujuan
perjalanan, melihat hal yang mengagumkan, dan banyak lagi. Menuntut ilmu dalam
sebuah majelis juga bagian dari mengingat Allah.
Dengan berdizikir, manusia
seolah-olah menyandarkan dirinya pada Dzat yang kokoh, Allah Subhanahu wa taala,
sehingga akan mengokohkan ruh dan hati.
Jadi, manusia sebenarnya dapat melakukan charge pada jiwa dengan berdizikir
kepada-Nya. Selain transfer power,
berdzikir adalah salah satu cara manusia berupaya meraih keridhoan Allah Subhanahu
wa ta’ala. Salah satu contohnya adalah beristighfar. Keutamaan istighfar dalam berdzikir ini
sebagaimana diketahui diantaranya dapat menjadi sebab terampuninya dosa, mendatangkan rahmat Allah, membersihkan hati, melapangkan
kesempitan, bahkan melancarkan rezeki. Belum lagi kalimat-kalimat dzikir
yang lainnya. Oleh karenanya penting bagi manusia untuk menjaga lisan dan
hatinya senantiasa berdzikir kepada Allah.
Dari Abdullah bin Busr, ia berkata, “Ada dua orang Arab (badui) mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lantas salah satu dari mereka bertanya, “Wahai Rasulullah manusia yang bagaimanakah yang baik?” jawab beliau, “Yang panjang umurnya dan baik amalannya.” Salah satunya lagi bertanya, “Wahai Rasulullah sesungguhnya syariat Islam amat banyak. Perintahkanlah kepadaku suatu amalan yang bisa kubergantung padanya.” “Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir pada Allah,” jawab beliau. (H.R. Ahmad)
Ibnul Qayyim menjelaskan, dengan
berdizikir rasa takut pada Allah akan semakin besar. Dengan demikian dirinya
selalu berupaya tunduk pada syariat-Nya, karena ia menyadari ada Allah yang
Maha Mengetahui. Sementara jika seseorang lalai dari dzikir, tentu akan
menimbulkan hal sebaliknya, rasa takut pada Allah akan semakinberkurang,
sehingga bisa jadi cenderung tidak mengindahkan aturan-aturan-Nya.
Semoga kita selalu terjaga dari maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menjaga
selalu mengingat-Nya.
0 komentar: