Suka Duka Menjadi Auditor
Hai! long time no post. Haha… Dulu pas high season audit, saya jarang nge-post dengan dalih sedang banyak
kerjaan dengan deadline yang ketat.
Nyatanya, pas low season juga masih
jarang nge-post, karena banyak ikut tes sana-sini. (Upps.. tes apa hayoo?) Well, alasan sih sebenarnya akan selalu ada, tinggal kitanya memang mau
cari-cari alasan atau mau cari-cari kesempatan untuk merealisasikannya(?)
Mungkin saya adalah seorang yang
cenderung well-prepared pada hal-hal
yang belum menjadi ahlinya. Tiap melakukan sesuatu yang belum ahlinya, termasuk
menulis, akan jadi proses yang memakan waktu persiapan lama. Alih-alih lama
dalam persiapan, rencana malah berpotensi jadi sekedar wacana yaa. So, saya akan mulai dari hal-hal yang
sederhana saja yang pernah saya alami atau lakukan. Karena secara tidak sadar,
ketika sebelum generasi millennium (alias kita) menekuni suatu hal, kita akan browsing dulu untuk ‘mencuri’ gambaran
dari orang lain lewat cerita mereka di blog. Nah, ternyata sesederhana apapun
pengalaman dapat bermanfaat bukan? Baiklah, cukup.
In this post, I want to tell you about being Auditor, sebatas pengalaman
sebagai auditor. Cekidot!
sumber: pinterest.com
Auditor adalah
seseorang yang menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal material,
posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku
umum di Indonesia (Arens, 1995)
Auditor bekerja dalam sebuah tim
audit, so you can not be a hero by just
being superman, yang paling hebat karena menyelesaikan tugas audit
sendirian but you need to develop a super
team. But not only at once, karena anggota timnya akan berbeda-beda setiap engagement dengan klien audit. Jadi
menurut saya, iklim ‘pertemanan’ di perusahaan audit akan menjadi sangat
penting bagi kelancaran audit itu sendiri. Enggak
berdasarkan penelitian sih, berdasarkan premis-premis itu. Mungkin ada
temen-temen pembaca yang mau meneliti hal ini?
Kumpulan auditor ini bekerja
dalam perusahaan yang memberikan jasa audit, biasanya berbentuk persekutuan
yang terdiri dari beberapa orang. Perusahaan jasa audit ini dikenal dengan nama
Kantor Akuntan Publik (KAP) alias Public Accountant Firm. Secara global,
terdapat empat Perusahaan jasa Audit terbesar atau yang disebut Big Four. Keempat besar KAP ini adalah
Pricewaterhouse Coopers (PwC), Deloitte Touch Tohmatsu, Ernst & Young (EY),
dan KPMG. Apakah masih ada KAP selain yang telah disebutkan? Tentu. Ada juga
KAP mid tier, yang peringkatnya dibawah KAP yang telah
disebutkan, biasanya termasuk dalam 10 besar (big ten), selain itu masih banyak lagi KAP lokal yang beroperasi di
tiap negara.
Seperti pekerjaan lain, bekerja
sebagai auditor ada plus dan minusnya juga. Setiap tahunnya auditor
mengenal adanya dua musim audit, yaitu peak
or high season dan low season. Peak atau High season audit adalah
musim dimana tugas audit sedang banyak-banyaknya, umumnya dialami sekitar
bulan Desember-Maret. Kenapa? Karena cut-off
periode keuangan perusahaan umumnya per 31 Desember, jadi sejak bulan Desember
auditor telah mendapat banyak perikatan dengan klien, yang berarti pula auditor
harus mulai melakukan proses audit dengan melakukan prosedur-prosedur audit
guna mendasari pemberian opini auditnya. Berdasarkan yang saya ketahui, rata-rata proses audit berkisar antara 2 minggu sampai 4 bulan. Lama tidaknya proses
audit ini sangat dipengaruhi pada besar tidaknya scope perusahaan klien audit. Walaupun hal ini dapat pula dipengaruhi oleh kinerja
audit, sikap cooperative-nya klien, kemudahan
perolehan data audit, sistem akuntansi perusahaan klien, prosedur audit yang
diminta, dsb.
Lalu kenapa high season berakhir hingga Maret? Karena kebijakan Otoritas Jasa
Keuangan Indonesia sendiri yang mewajibkan perusahaan go public untuk melaporkan keuangan setiap periode keuangan
selambat-lambatnya pada 31 Maret. Untuk perusahaan yang tidak go public memang tidak memiliki
keharusan untuk itu, tapi biasanya perusahaan tersebut juga memiliki kewajiban
dengan pihak terkait perusahaan seperti Bank, Dirjen Pajak untuk menyerahkan
laporan keuangannya dalam tenggat waktu tertentu. Oleh karena itu, meskipun tidak
ada jangka waktu yang mengikat, klien dan KAP akan tetap mengestimasikan waktu
auditnya. Lagipula jika masa audit terlalu lama bisa jadi akan semakin banyak
biaya audit yang kelak dibebankan pada perusahaan klien, dan KAP selaku pemberi
jasa audit juga tak kunjung memperoleh keseluruhan fee auditnya jika opini audit belum diterbitkan.
Nah, karena pekerjaan yang banyak
dan deadline yang ketat saat high season, auditor banyak lemburan
pada waktu-waktu ini. Sebagai auditor, mau tidak mau, suka tidak suka, akan
menjadi workaholic di musim ini. Di
satu sisi pendapatan dari bekerja sebagai auditor akan meningkat terkait adanya
tambahan dari uang lembur. Hehe.. Tapi di satu sisi energi akan sangat
terkuras, karena bukan hanya bekerja hingga malam bahkan hingga lewat dari dini
hari.
Tapi, saya dengar juga dari teman
yang bekerja sebagai auditor, timnya tidak pernah lembur hingga dini hari,
karena adanya kebijakan dalam tim auditnya untuk tidak ada lembur tapii…..
tetap bekerja di rumah masing-masing karena dini harinya pun ditagih hasil
kerja hari itu. Hehe.. Ya di satu sisi, bisa lebih bebas kerja di rumah bisa sambil
tidur-tiduran, nonton TV ya, tapi
disatu sisi juga gak dapet uang lemburan.
Hehe.. Jadi pengaturan lembur ini berbeda-beda hampir di setiap KAP, aturan uang Lembur a.k.a overtime untuk KAP besar umumnya mengikuti aturan pemerintah (Cek
UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Keputusan Menakertrans No.
102/MEN/VI/2004 tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur).
Jika lembur hingga lewat dini
hari, atau ketika hari libur bahkan libur nasional, pasti terbayang oleh kita
uang lemburan yang selangit (sorry
lebay). But in fact, it is not always
true. Why? Besaran uang lembur yang dapat auditor peroleh tergantung dari
besaran lembur yang boleh di-charge,
alias sejumlah yang memang mendapatkan approval
dari atasan. Hal tersebut berkaitan dengan fee
audit atas engagement dengan klien. Jadi, jangan kaget jika ada istilah ‘potong’
overtime, atau overtime yang tidak dapat dibayar. That’s why mengapa auditor perlu bekerja seefektif dan efisien
mungkin. Selama high season audit
seolah-olah waktu hanya untuk kerja, kerja, dan kerja. Tidak hanya weekdays, weekend atau mungkin libur nasional pun bisa jadi harus direlakan. Konon,
beban kerja yang tinggi saat high season
audit inilah yang mungkin menjadi faktor mengapa turn over karyawan di KAP sangat cepat alias bikin gak betah.
Oia, karena lembur hingga larut
ini, di beberapa KAP akan memberikan voucher taksi atau melakukan reimburse
terhadap biaya taksi yang digunakan auditornya untuk pulang lembur diatas jam 8
atau 9 malam. Hal ini dikarenakan sulitnya mendapat transportasi lewat dari jam
tersebut. Selain itu juga jam malam sangat rawan tindak kejahatan, maka
perusahaan mengakomodasi karyawannya untuk menggunakan taksi.
Jika saat high season auditor sedang super duper sibuknya, berbeda saat low season. Pekerjaan audit lebih ‘santai’ karena perikatan
audit saat low season tidak sebanyak
saat high season. Dan tentu saja,
pendapatan juga menyesuaikan yaa.. hehe jadi ya hemat-hemat pengeluaran.
Dan uppss.. benar ga sih auditor
itu dimusuhin banyak orang? Hehe.. emangnya kita kriminal, atau situ yang kriminal
sampe musuh-musuhan segala sama auditor?
Tugasnya yang mencari informasi
sedalam-dalamnya, alias ngepoin
bisnis klien, bisa jadi auditor dianggap membuka luka lama (kalau memang ada
yang terluka loh ya). Kalau tidak ada luka, alias penyimpangan atas keuangan
perusahaan yang disengaja, sebenarnya ga ada yang mesti ditakuti dari seorang
auditor. Pencarian informasi dalam-dalam ini dimaksudkan agar apa yang menjadi
laporan audit mengungkapkan yang opininya dapat dipertanggungjawabkan. Mungkin
ketidaksukaan ini diakibatkan karena audit
data request yang harus disediakan
klien yang berjumlah banyak sehingga menambah pekerjaan dari yang biasanya mereka lakukan. Sehingga seringkali data yang kita minta klien untuk
disediakan, tidak langsung disediakan, atau disediakan sebagian-sebagian. Hal
semacam ini memang sangat melatih kesabaran, dan yang seringkali membuat
auditor harus bersikap kritis atas alasan-alasan penundaan penyediaan data.
Bagaimanapun, data pending akan mempengaruhi efektivitas kerja nantinya.
Seringkali auditor terkesan
sebagai orang yang curigaan, karena
sikapnya yang dituntut gak langsung
percaya atas informasi yang diberikan klien. Mungkin ini yang jadi sentimen negatif.
Hehe.. Laporan keuangan per book,
atau laporan keuangan yang disajikan oleh klien kadangkala belum mencerminkan
yang sebenarnya, maka diperlukan pihak ketiga dalam hal ini adalah auditor guna
memeriksanya. Alih-alih memeriksa, karena ketidakrapihan pencatatan itu tim
audit harus merapikan ketersajian laporan keuangan terlebih dahulu. Saya pernah
dengar guyonan teman, “udah kasih aja ke auditor,
nanti juga dibenerin laporannya sama mereka”. Jadi karena itu auditor perlu
memperbaiki penyajiannya terlebih dahulu baru kemudian merekomendasikan jurnal
penyesuaian atau koreksi. Untuk itu, penting bagi auditor bersikap skeptic atas informasi yang didapatkan. Jadi, dari pihak auditor maupun klien harus
saling pengertian demi kelancaran proses audit, kerjasama dan hubungan yang baik harus diupayakan oleh
keduanya. Auditor harus memintanya hal-hal yang dibutuhkan selama audit dengan baik
dan santun, pun dari klien harus responsif dan kooperatif. Hubungan interpersonal
menjadi sangat penting dalam menjaga hubungan baik dengan klien tanpa harus
mengenyampingkan nilai-nilai professional dari masing-masing profesi.
Sejauh ini sih hubungan saya
dengan klien baik-baik saja, kalaupun ada hal-hal yang bikin bete, baik dari klien ataupun rekan sesame
tim, ya mungkin dia sedang lelah.. haha, ga usah dibesar-besarkan apalagi diperpanjang,
harus cepat-cepat cari cara alternatif untuk mendapatkan apa yang memang audit
butuhkan. Hal-hal semacam ini bisa jadi bumbu peretak atau justru penguat dalam
tim. Enaknya kalo tim audit solid,
akan ada saling support dalam menyelesaikan
tugas auditnya, saling bantu follow-up
data request; kali aja kalo diminta sama yang ini dia mau, atau ngasih
solusi ketika ‘dilempar’ sana-sini, saling menghibur, atau sekedar mengingatkan
akan kesabaran. Hehe..
Di Public Accountant Firm, ada jenjang karir hingga seseorang berhak
mengeluarkan opini audit dan menandatangani laporan auditnya ya. Jadi ga ujug-ujug kerja sebagai auditor langsung
disuruh nyelesain laporan audit hingga penandatangannya. Berikut adalah jenjang
karir dari salah satu Kantor akuntan Publik.
Sumber: www.slideshares.net
Performance Appraisal dilakukan
perusahaan untuk menentukan dapat tidaknya promosi jabatan (promote) ke jenjang selanjutnya. Jika
awal mula masuk KAP sebagai fresh
graduate, umumnya KAP akan menerapkan masa probation (percobaan), ada yang selama 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun,
tergantung kebijakan perusahaan. Kemudian penilaian atas kinerja selama masa probation itu akan menentukan layak atau
tidaknya ditetapkan menjadi permanent
employee.
Untuk jenjang awal, seperti
junior auditor, pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan umumnya adalah pekerjaan clerical, seperti review
dokumen, vouching, bahkan seperti
fotokopi, scan, bikin surat konfirmasi, follow-up
data, mempersiapkan audit working paper
untuk akun-akun yang membutuhkan prosedur audit yang sederhana, dll. Walau terkesan
sederhana, kita perlu memahami pekerjaan dasar untuk menjadi atasan yang baik
kan? Pekerjaan tersebut diinstruksikan oleh seseorang yang menjadi person in-charge (PIC) kita dalam sebuah
tim, untuk selanjutnya direview oleh PIC atau bisa jadi oleh manajer. PIC
sendiri biasanya telah berada setidaknya pada level Senior Audit.
In order to work effectively, kita harus benar-benar mampu mengatur
waktu dalam bekerja. Jika telah selesai mengerjakan suatu tugas, kita harus
memberitahukan dan berinisiatif untuk menanyakan prosedur atau pun tugas
selanjutnya. Jika tidak, senior auditor, supervisor atau PIC dalam sebuah tim
tidak akan mengetahui, apakah prosedur yang mereka minta telah dilaksanakan,
apakah sudah mengetahui prosedur selanjutnya dan melaksanakannya, apakah ada
kendala. Mereka akan menilai berdasarkan apa yang mereka ketahui saja bagaimana
kinerja tiap anggota timnya selama ini. Jika kita menunda melaporkan pekerjaan
telah selesai, bisa jadi malah kita dianggap terlalu lama menyelesaikan suatu
pekerjaan.
Jika kalian punya passion akuntasi atau audit, ingin
mengembangkan kemampuan praktik akuntansi atau memperdalam ilmu akuntansi, KAP
adalah tempat kerja yang cocok. Penerimaan calon karyawan KAP kebanyakan disediakan bagi fresh graduate bidang akuntansi. Jenjang
pertama di KAP adalah sebagai Junior Auditor, training akan tetap diberikan namun cepat dan terbatas, lebih
banyak learning by doing, apalagi
kalau masuknya pas high season bisa jadi
langsung disuruh ke klien, gak pake training dulu. Kenapa? karena masuk KAP
sendiri memang dituntut untuk memahami akuntasi dan audit, disamping itu tiap
klien memiliki karakter bisnis yang berbeda sehingga penanganan pekerjaan akan
sangat dinamis. Selain itu, bertemu dengan berbagai orang, bekerja dalam
berbagai tim, menangani berbagai jenis perusahaan, akan sangat membuka wawasan
dan melatih hubungan interpersonal kita.
0 komentar: