Cara Membuat Masker Penutup Hidung yang 'Ramah' untuk Muslimah

23.00 Rahasanica Nariswari P 4 Comments


Memiliki segudang aktivitas tentunya tidak berarti menjadikan kita (baca: muslimah) kesulitan menjaga kesehatan sekaligus menjalankan perintah berhijab. Baik bagi muslimah yang doyan berkendara motor, ataupun menggunakan angkutan untuk mobilitasnya, rentan terhadap debu dan asap yang disebabkan polusi udara. Debu dan polusi tersebut akan berdampak pada kualitas udara yang kita hirup, sehingga mengganggu kesehatan pernapasan. Selain itu partikel debu yang berasal dari polutan akan mengotori wajah, hingga menimbulkan kusam bahkan iritasi, yang notabene wajah adalah bagian tubuh wanita yang tidak diwajibkan ditutup dan biasa terlihat.
Biasanya wanita kerap mengenakan masker penutup hidung dan mulut untuk mengurangi dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh polusi udara. Namun, masker penutup hidung yang seringkali kita temui adalah masker dengan pengait di kedua telinga ataupun masker bertali yang perlu kita ikat ketika memakainya. Untuk memasang Masker yang memiliki pengait di kedua telinga tentu kita perlu mengaitkannya ke telinga dengan sebelumnya memasukkannya ke dalam kerudung yang kita kenakan. Sementara untuk masker bertali yang perlu diikat saat kita kenakan harus disesuaikan dengan besar kepala. Bisa jadi hal itu kurang praktis dikarenakan dapat mudah lepas jika kita tidak kuat mengikatnya atau susah dilepas jika terlalu kuat mengikatnya. Untuk itu, kali ini saya akan berbagi mengenai cara pembuatan masker penutup hidung yang mulut yang mudah untuk dikenakan maupun dilepas, terutama untuk muslimah berhijab.

1.       Siapkan Bahan dan Alat yang dibutuhkan
Bahan yang dibutukan seperti Kain Perca, Busa Lapis, Karet, dan Benang Jahit. Sementara Alat-alat yang diperlukan seperti Jarum, Gunting, Kertas dan Glue Gun











2.       Buat Pola untuk Masker
Berikut adalah pola masker untuk orang dewasa


3.       Gunting Kain sesuai Pola, Untuk Lapis Depan dan Belakang Masker

4.       Satukan Kedua Pola tersebut dengan menjahit bagian tengah Pola (berbentuk Cembung)



5.       Buat Pola di busa lapis
Bentuk Pola seperti bentuk pola kain, hanya saja dikurangi 1 cm pada sisi-sisi terluarnya dan bagian tengah sedikit tersambung.



6.       Lem bagian tengah busa lapis
Bagian tengah yang tidak tersambung disatukan dengan lem. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat bentuk Masker, dan mencegah busa lapis bergeser ataupun melipat.



















7.       Gunakan Lapis Depan dan Belakang Kain Masker untuk melapis busa lapis.
Kemudian tutup sisi atas dan bawah dengan menjahitnya

8.       Buat Tali Masker dengan mengisi bagian tali dengan Karet.
Bentuk ujung tali dapat disesuaikan dengan keinginan











9.       Satukan Tali dan Masker dengan menjahitnya



Mudah bukan? Kamu dapat membuat masker sendiri dengan memanfaatkan kain perca di rumah sesuai dengan warna atau corak yang kamu sukai. Semoga bermanfaat. Be Creative and Keep Healthy, ukhtifillah ~





»» Berminat untuk langsung memilikinya? Bisa kontak di BBM 74641343 :)

4 komentar:

(Anak) Jakarta: Dulu, Kini, dan Nanti

03.56 Rahasanica Nariswari P 0 Comments



Beberapa belas tahun yang lalu, aku masih ingat betul bagaimana serunya bermain dengan anak-anak lain di pelataran antara rumah-rumah kami. Biasanya waktu bermain kami dimulai setelah ashar hingga sesaat sebelum maghrib tiba. Ibu-ibu kami pun ada disana, bersenda gurau dengan para tetangga sambil sesekali melirik ke arah kami jikalau sekiranya kami mulai mulai melakukan hal yang berbahaya, seperti berlari terlalu cepat, mendorong terlalu keras, dsb. Padahal kami sendiri tidak khawatir soal itu, apalagi soal penjahat anak yang kini santer terdengar di media.

Hari dan tahun kian bergulir, aku dan teman-teman sepantaranku mulai lebih banyak sibuk dalam kegiatan pendidikan kami masing-masing. Diantara kami ada yang sibuk dengan kegiatan ekstrakulikuler di sekolah les bimbel, mengerjakan tugas kelompok, atau sekedar nongkrong dengan teman-teman sepulang sekolah. Tapi sesekali kami masih saling bertegur sapa di instant messaging dan bertemu di acara buka puasa bersama kala bulan Ramadhan tiba.

Kini beberapa diantara kami ada yang sudah bekerja di kantor, melanjutkan kuliah, atau mengurus rumah tangga. Ketika sore tiba kadang terdengar samar olehku riang suara anak-anak di pelataran rumah. Batinku senang mendengar suara-suara generasi penerus kami, ya generasi yang masih suka bermain dengan teman-temannya di pelataran rumahnya. Pernah suatu saat ketika mereka sedang bermain, aku berjalan melewatinya, berharap mendapat momen-momen nostalgia masa kecil dulu. Tapi sayang, ada yang sedikit hilang. Aku tak lagi melihat tali karet yang dulu berhasil membuatku lompat-lompat, atau perabotan masakan mini yang penuh dedaunan dan bunga, atau kerikil bertumpuk yang ketika berhamburan anak-anak pun turut berhamburan. Ah sudahlah, mungkin memang bukan lagi zamannya.

Beberapa minggu terakhir, selepas kembalinya aku dari kuliah di luar kota, malam hari aku selalu mendengar berita di televisi. Biasanya selepas isya' keluarga berkumpul di ruang tengah, entah untuk menonton berita, berdiskusi, dsb. Tapi wajah-wajah kami terlihat kaku akhir-akhir ini, tiap kali media memberitakan maraknya kejahatan pada anak-anak di ibukota. Marak orangtua membuang bayinya, membunuh keji anaknya, teman sekolah yang berkelahi lantas menewaskan temannya, sampai kasus pelecehan seksual oleh kerabat atau tetangganya.

Tak berselang lama, pemerintah ibukota, selaku pemimpin wilayah angkat bicara. Pemicu kejahatan terhadap anak adalah kurangnya ruang terbuka yang terpusat untuk anak-anak bermain. Lebih lanjut, pemimpin tertinggi ibukota ini berencana memperbanyak proyek pembangunan taman kota yang dinamakan Ruang Publik Terpadu. Rencananya Ruang Publik terpadu ini akan diprasaranai dengan fasilitas bermain anak serta CCTV sebagai kamera pengawas. Selain itu, Ruang Publik terpadu ini tak hanya ramah anak, tetapi juga masyarakat umum.

Aku memang tidak mengerti akan seefektif apa jika taman ini ada karena dulu aku memang tak begitu membutuhkannya untuk bermain dengan anak-anak tetangga. Tapi yang namanya proyek pembangunan, sarat godaan akan buai-buai korupsi, semoga peristiwa-peristiwa belakang ini tidak dijadikan alat memuluskan penggelapan anggaran. Terlepas dari prasangka, taman kota adalah proyek infrastuktur yang baik bagi sebuah kota. Hanya saja, apakah maraknya perilaku kejahatan pada anak dan kekerasan yang terjadi diantara anak-anak dikarenakan oleh kurangnya Ruang Publik Terpadu?

Aku khawatir, pemicu berbagai kejahatan yang berhubungan pada anak lebih pada lingkungan pergaulannya. Coba kita lebih menelisik dalam diri, mungkin ada perkataan-perkataan kasar yang keluar dari orang-orang yang menjadi perhatiannya, entah itu teman sebaya, orangtua atau guru, atau bahkan tokoh-tokoh pemimpin mereka. Media televisi yang setiap hari mau tidak mau melaporkan bentrokan antar pelajar, bentrokan antar warga, bahkan bentrokan dengan aparatur pemerintah yang notabene adalah pengayom rakyatnya. Mungkin saja bukan? Sebab anak-anak suka meniru perilaku orang disekitarnya, hingga ia bertindak terlampau jauh hingga menewaskan temannya. Mungkin saja bukan? Sebab anak-anak masih harus memilah-milah mana yang benar dan salah, mana yang aman dan yang bahaya, hingga ia tertipu dengan berbagai modus kejahatan terhadapnya.

Alangkah baiknya jika pembangunan infrastruktur guna memfasilitasi anak bermain juga diiringi perbaikan moral dan akhlak warganya. Justru perbaikan moral dan akhlaklah yang menjadi fokus utama program-program perbaikan yang dilakukan pemerintah. Karena yang dibutuhkan rakyat lebih jauh dari sekedar kepala proyek, tapi seorang pemimpin yang mampu mengayomi rakyatnya, memanusiakannya dengan berucap dan berperilaku layaknya manusia yang bermartabat.

Tanpa itu semua, menciptakan keamanan bagi anak-anak hanya semu belaka. Pesatnya teknologi dan informasi, tekanan ekonomi serta lingkungan sosial tanpa perbaikan moral dan akhlak hanya akan menghasilkan pribadi-pribadi dengan akhlak dan moral yang buruk.  Ruang Publik Terpadu mungkin akan banyak dihiasi oleh muda-mudi yang berjalan mesra, yang kini sudah dianggap biasa bahkan untuk dipandang anak-anak disana. Tentu akan semakin berkurang anak-anak yang bermain di pelataran rumah-rumah mereka dan berbincang dengan tetangga, atau mungkin masyarakat kota sudah semakin individualis terbaur ciri kota metropolitan.

Senja Jakarta, 14 Oktober 2015

Dalam kerisauan maraknya tindak kejahatan terhadap anak

0 komentar:

Sedikit Curhat.. tentang Pemikiran

23.02 Rahasanica Nariswari P 0 Comments

Sudah satu setengah bulan lamanya aku belum juga konsultasi perihal skripsi ke dosen pembimbing. Meski sudah lebih dari setengah jalan, karena saat ini aku telah berkutat pada bab 4, aku belum juga menuangkan hasil analisisku untuk menggenapkan sisanya. Bukan karena malas menyebarkan kuesioner, atau mengambil data, atau bukan alibi soal dosbingku yang sibuk, atau pun kesibukanku. Setuju dengan pernyataan dosbingku kala pertama kali bertemu (haha..) semestinya tidak ada yang boleh mengatakan bahwa saya tidak punya waktu, tapi yang ada hanyalah saya tidak dapat mengatur waktu (tamparan telak). Karena Tuhan Maha Adil, Dia memberikan waktu yang sama bukan pada setiap hambanya, sehari sama dengan 24 jam? Sesungguhnya kitalah yang berlaku tidak adil.
Satu lebih setengah bulan ini aku disibukkan dengan perhelatan pemikiran-pemikiran yang hadir dalam meramaikan kajian semiotika. Ya, itu adalah metode analisisi yang aku gunakan dalam skripsi ini. Jika dalam mentode kuntitatif kita diajarkan mengoperasikan apilkasi statistik, tidak sama dengan halnya dalam metode kualitatif. Dalam menggunakan metode kualitatif, seperti kajian semiotika, kajian yang mempelajari seputar tanda, tidak ada mata kuliah di jurusanku, akuntansi, yang secara khusus yang membahas detail cara kerjanya. Hal ini mungkin juga dikaarenakan masih sedikit penelitian yang menggunakan metode kualitatif, khususnya di bidang akuntansi.
Semiotika.. ketika aku ketik kata ini pada kotak search di perpustakaan fakultas, tidak ada buku yang tersedia. Pencarian beralih ke perpustakaan universitas, disana aku temukan dalam ranah komunikasi, beberapa dalam psikologi dan sosiologi.
Setelah membaca screening tiga buku perihal semiotika, ada beberapa hal yang menjadi penyebab perhelatan pemikiranku. Ketika membahas tokoh-tokoh semiotika, seluruh tokoh yang diperkenalkan adalah tokoh barat (meskipun di era saat ini sebenarnya juga banyak terjadi pada bidang penelitian lainnya). Aku tidak menampik beberapa penyataannya seputar tanda yang aku anggap sejalan dengan prinsip hidup yang aku anut selama ini, namun aku agaknya mulai berhati-hati, hampir semuanya adalah seorang filosofis barat. Dan salah satu diantaranya menjadi penganut atheis yang sebelumnya merupakan seorang religious katholik. Padahal, kajian semiotika ini aku gunakan untuk mengekspolrasi nilai-nilai agama. Namun yang aku justru temukan di dalamnya adalah dogma negatif seputar agama. Ada pernyataan yang kemudian muncul, dapatkah metode ini aku gunakan? Beberapa hal dalam buku yang aku tangkap, yaitu seseorang tidak dapat mencampur adukkan agama dalam menganalisis seni, kemudian pernyataan perihal agama adalah sebuah hasil dari kebudayaan, Sehingga aku menyimpulkan dalam pemaparan semiotika yang aku baca, bahwa kebudayaan meruapakan hal tertinggi yang mendasari seseorang dalam melakukan sesuatu.
Aku meyakini bahwa Islam bukan lahir dari sebuah kebudayaan, justru kebudayaan yang barulah, yang kemudian hadir dari Islam untuh mencerahkan kehidupan bangsa Arab dan bangsa-bangsa di dunia. Jika kita berpikir mengenai kebaradaan makhluk di dunia ini dan hamparan alam semesta, sungguh kita semestinya mampu merendahkan diri dan meyakini adanya  Zat Yang Maha Kuasa dalam menciptakan semuanya. Semua tercipta dengan indah, teratur dan rapi. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang (Q.S. 36: 40). Oleh karenanya, menjadi atheis sangatlah salah satu bentuk penyimpangan dari pengakuan terhadap hal tersebut. Meski tidak menyadari seorang anak dilahirkan dari Rahim ibunya, merupakan perbuatan durhaka jika anak tersebut tidak mengakui keberadaan ibu sebagai perantara kelahirannya. Meski seorang anak tidak tidak mengerti bagaimana peran ayahnya dalam kelahirannya, sungguh menyimpang seorang anak yang tidak mengakui ayahnya. Hal ini juga menjawab perihal tidak tersedianya surga bagi mereka yang atheis dan kafir? Mengapa? Bagaimana mungkin ia meminta surga yang Tuhan ciptakan tapi ia tidak mengakui ia sebagai Tuhannya. Bagaimana mungkin pula ia meminta ampunan dan rahmat dari Tuhan Yang Satu itu ketika ia menuhankan yang lain, mempercayai bahwa zat yang lain itulah yang mampu memberikan ampunn dan rahmat baginya.
Perihal agama merupakan kebudayaan. Ya, kecuali Islam. Islam tidak terbntuk dari hasil kebudayaan setempat. Islam hadir mencerahkan kebudayaan jahiliyah yang ada saat itu. Ajaran Islam yang dibawanya banyak bertentangan dengan kebudayaan Jahiliyah yang dianut pada masa itu.
Menanggapi perhelatan pemikiran, kemarin akhirnya aku berkonsultasi dengan dosen pembimbing. Ada perasaan khawtir disana, takut-takut pemikiran ini tak sejalan mengingat beliau pun sudah lama menekuni seluk beluk semiotika. Setelah menjelaskan apa yang menjadi perhelatan dan hal-hal yang aku yakini beliau pun menjelaskan, kamu harus bisa mengkritisinya, hadirkan pendapat yang mendukung bahwa Islam adalah agama yang unik karena berasal langsung dari wahyu Allah SWT, bukan merupakan hasil dari sebuah kebudayaan. Agama Islam hadir melalui wahyu yang disampaikan kepada utusannya, rasulullah. Rasulullah yang ummi,  yang tidak bisa baca-tulis saat itu, juga menjadi bukti bahwa tersebut adalah murni dari Allah SWT, karena terputusnya dugaan bahwa rasulullah mencontek kitab-kitab sebelumnya. Ajaran yang dibawakan Nabi Muhammad, sebagai rasulullah, pun lestari hingga sekarang, tidak ada penambahan atau pengurangan terhadap firman yang disampaikan Allah SWT hingga saat ini. Kemurnian ini dijunjung tinggi umat Islam sebagai bentuk kepatuhan dan penghormatan tertinggi terhadap firman Tuhannya. Sehingga bentuk menuhankan Tuhan pun semestinya juga tercermin dalam segala tindak tanduk umat muslim. Meyakini adanya Tuhan sebagai penguasa alam semesta, semestinya menempatkan Tuhan pada tempat tertinggi dalam melakukan segala sesuatunya, termasuk dalam menganalisis hal-hal kebudayaan, seni pada khususnya. Sehingga tidak patut menanggalakan agama dalam hal apapun, karena keberadaan hak-hak Tuhan yang menjadi prioritas utama untuk kita penuhi sebelum memenuhi hak-hak lainnya.
Nampaknya perhelatan ini pun belum berhenti sampai disini, jika ada rezeki mungkin beberapa saat lagi akan aada masa untukku beradu pendapat dengan pakar semiotika lainnya, notabene bukan seorang muslim. Mungkin ini jawaban Allah mengenai penjelasanku beberapa waktu lalu saat presentasi di kuliah Teori Akuntansi, saya ingin mampu menjelaskan hal ini dengan tidak kekiri-kirian ataupun tidak kekanan-kananan pak sehingga apa yang diungkapkan dalam penelitian ini mampu diterima seluruh pihak dan diyakini kebenarannya pak.

In sya Allah J

0 komentar:

Dibalik Enies Lobby

13.26 Rahasanica Nariswari P 1 Comments

Beberapa kali di tengah kepenatan mengerjakan skripsi, saya menghibur diri dengan menonton serial kartun One Piece. Sebenarnya selingan semacam ini jarang sekali dilakukan, tapi nampaknya serial yang kartun yang menjadi tontonan adik saya selama sebulan terakhir membuat semacam gethok tular.

Tenang.. saya tidak akan menceritakan secara detail film kartun yang baru saya tonton ini. Alasan dibalik penulisan ini, adalah kisahnya yang mengingatkan saya pada sesuatu—yang lebih menarik dan nyata.

Episode yang saya tonton dan mengganjal untuk akhirnya saya tuangkan dalam tulisan ini adalah episode Enies Lobby. Dalam episode ini diceritakan penangkapan buronan, yaitu Nico Robin, yang berhasil melarikan diri dari pemusnahan Pulau tempat ia berasal. Dalam ceritanya, pulau tersebut dimusnahkan karena adanya perpustakaan besar—selain sebagai tempat meneliti tentang senjata pemusnah massal—utamanya dikarenakan pada pengembangan pengetahuan akan sebuah kebenaran. Pengetahuan itu dinilai akan membahayakan kondisi pemerintahan dunia sekarang.

Sesuatu yang dirasa lebih menarik adalah ketika saya justru teringat akan kisah kejayaan Islam masa lampau yang alur kisahnya mirip dengan kisah pulau Ohar, Pulau dimana Robin berasal. Selain itu, kisah perlawanan Luffy dan kawan-kawan melawan pemerintah dunia saya rasa juga mirip dengan kisah perlawanan umat Islam kini pada pemerintahan yang 'menguasai' dunia. Kemiripan kisah ini membuat saya tergelitik untuk mencari lebih detail dan menuliskan kembali, apa yang saya ketahui mengenai sejarah peradaban Islam.

Intermezzo: Dulu semasa kecil, saya tidak begitu tertarik pada serial One Piece, hanya menontonnya sesekali ketika serial kartun lain saya anggap kurang menarik. Mengapa? Saya hanya tidak habis pikir, bagaimana tindakan menjadi bajak laut dijadikan sebagai film kartun anak, apa kita diminta untuk menjadi seorang pemberontak?—sebelum saya mengetahui bahwa yang bersikap zalim di kartun tersebut justru bukan bajak launya, melainkan pemerintahan yang (coba menguasai) dunia—terlebih lagi, pakaian yang dikenakan pun kurang sopan.

***
Pada abad kejayaan Islam, yang katanya abad kegelapan dunia, barat lebih tepatnya, perkembangan ilmu pengetahuan Islam begitu pesat. Banyak ilmuwan-ilmuwan muslim berkarya. Islam memandang pentingnya peran perpustakaan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Turunnya wahyu Alquran yang merupakan firman Allah, serta adanya hadist yang besumber dari perkataan Nabi Muhammad SAW mendorong penguasa untuk mendirikan perpustakaan.

Perpustakaan yang berdiri pertama kali untuk publik adalah Baitul Hikmah. Perpustakaan itu bukan saja berfungsi sebagai tempat penyumpanan buku, tetapi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Pada masa Harun al-Rasyid intitusi perpustkaan bernama Khizanah al Hikmah berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. (http://lib.umpo.ac.id/index.php/baca/konten/221/sejarah-perpustakaan-islam).

Baghdad, kota ini sebelumnya merupakan daerah kecil dan sempit. Khalifah Al-Mansur lalu mengubahnya dengan mendatangkan para insinyur, arsitek, dan pakar ilmu ukur menjadi kota yang memiliki perpustakaan terbesar di dunia, Iskandariyah. Menelan biaya 4,8 juta dirham dan 100.000 pekerja, Baghdad membangun dirinya menjadi kota sentral yang penuh dengan nuansa kemajuan teknologi.

Peradaban ini pun menjadi yang terdepan dalam melahirkan ilmuwan-ilmuwan besar yang kontribusi nya luar biasa bagi ilmu pengetahuan. Sebut saja Al Khwarizmi, ahli matematika, astronomi, dan geografi, yang merupakan sang penemu aljabar. Ibnu Sina sang Bapak Kedokteran. Al Biruni dkk ahli astronomi yang mencetuskan sistem heliosentris. Jabir Ibn Hayyan sang ahli kimia yang menemukan proses distilasi dan kristalisasi. Ibnu Al haytsam, seorang fisakawan di bidang optika yang menemukan teori bahwa proses melihat adalah jatuhnya cahaya ke mata, bukan karena sorot mata seperti keyakinan pada zaman Aristoteles. Dan masih banyak ilmuwan-ilmuwan muslim lainnya dengan segudang penemuannya. (http://hati.unit.itb.ac.id/2012/09/27/intelektual-dalam-peradaban-islam/)

Hingga pada 1258, adalah sebuah invasi, pengepungan, dan penghancuran kota Baghdad—tempat perpustakaan besar Islam berada dan ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah ketika itu dan ibu kota Irak modern—oleh  pasukan Ilkhanate Mongol bersama pasukan sekutu-sekutu mereka di bawah pimpinan Hulagu Khan. Jika Kalifah Abbasiyah hanya menolak menyerah dan mengirimkan pasukan, Khagan menyuruh saudaranya, Hulagu, untuk menghancurkannya. Kota itu dihancurkan dan dibakar. Bahkan perpustakaan-perpustakaan di Baghdad, termasuk Bait al-Hikmah, tidak luput dari serangan pasukanIlkhanate, yang menghancurkan perpustakaan-perpustakaan dan membuang buku-bukunya yang berharga ke sungai Tigris.*

Mongke Khan memerintahkan saudaranya untuk mengampuni Khalifah jika dia menyerah kepada kekausaan Khanate Mongol. Ketika mendekati Baghdad, Hulagu menuntut supaya kota itu menyerah; sang khalifah, Al-Musta'sim, menolak. Dalam banyak sumber, Al-Musta'sim sebenarya tidak bersiap untuk diserang. Dia hanya tidak mau menyerahkan kota Baghdad kepada "orang barbar kafir" (Mongol) dan dia percaya bahwa jikapun dia menyerah, pasukan Mongol itu akan tetap membantai penduduk kota. Begitu mendengar penolakan kahlidfah, Hulagu sangat marah dan bersumpah bahwa kota itu akan dihancurkan .* *(http://id.wikipedia.org/wiki/Pengepungan_Baghdad_(1258)

Saya sangat terperanjat ketika mengetahui secara detail bahwa cerita keren One Piece episode Enies Lobby edisi Penyerangan Pulau Ohara sangat mirip dengan cerita Penyerangan Baghdad di tahun 1258. Dimana di Pulau Ohara terdapat perpustakaan yang merupakan pusat pengembangan ilmu pengetahuan kala itu. Kemudian Pulau tersebut diserang tanpa penguasanya siap akan penyerangannya tersebut. Penguasa pulau Ohara pun menolak untuk menyerah, hingga akhirnya pulau tersebut dibakar.

***

Hubungan Islam dengan Barat pada hari ini senantiasa identik dengan hubungan benturan (‘alâqah ash-shirâ’) dan permusuhan. Barat senantiasa membangun dan menyebarkan opini negatif terhadap Islam. Menurut mereka, Islam merupakan ancaman terhadap peradaban umat manusia. Di sisi lain, Barat sering kali membanggakan kemajuan peradaban mereka dan mengklaim bahwa hal itu merupakan warisan dari kemajuan peradaban Yunani-Romawi semata.

Hal yang tersebut diatas saya ingat ketika episode Enies Lobby mengisahkan, pemerintah dunia saat itu berusaha membuat opini negative serta memerangi bagi siapa saja yang berusaha mengungkapan peristiwa pada abad kekosongan. Abad dimana terjadi pemutarbalikkan fakta antara yang benar dengan yang salah. Abad yang kemudian mengiringi kebangkitan pemerintahan (yang mencoba menguasai) dunia kemudian.

The Dark Age menurut Eropa sesungguhnya merupakan masa kejayaan Islam. Ketika di Cordova, aktivitas ilmiah mulai berkembang pesat sejak masa pemerintahan Abdurrahman II (822-852 M). Ia mendirikan universitas, memperluas dan memperindah masjid (Abdul Karim, 2007: 239). Cordova kemudian menjadi sangat maju dan tampil sebagai pusat peradaban yang menyinari Eropa. Pada waktu itu, Eropa masih tenggelam pada keterbelakangan dan kegelapan Abad Pertengahan. Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil (1998: 321) menukil perkataan seorang penulis Amerika yang menggambarkan keadaan Eropa pada masa itu,  “Jika matahari telah terbenam, seluruh kota besar Eropa terlihat gelap gulita. Di sisi lain, Cordova terang benderang disinari lampu-lampu umum. Eropa sangat kumuh, sementara di kota Cordova telah dibangun seribu WC umum. Eropa sangat kotor, sementara penduduk Cordova sangat concern dengan kebersihan. Eropa tenggelam dalam lumpur, sementara jalan-jalan Cordova telah mulus. Atap istana-istana Eropa sudah pada bocor, sementara istana-istana Cordova dihiasi dengan perhiasan yang mewah. Para tokoh Eropa tidak bisa menulis namanya sendiri, sementara anak-anak Cordova sudah mulai masuk sekolah.”**

Salah satunya melalui Perang Salib, kaum Kristen ke dalam kontak langsung dengan orang-orang Muslim di tanah Islam itu sendiri. Orang-orang Kristen mendapati bahwa di Levant banyak hal baru bagi mereka dan teknik-teknik yang tidak dikenal di Barat. Oleh karena itu ketika terjadi gencatan senjata, mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk mempelajari teknik-teknik baru di bidang pertanian, industri dan kerajinan, serta melakukan hubungan perdagangan dengan orang-orang Muslim (Bammate, 2000: 44-45). Akhirnya pada abad XV muncullah gerakan di Eropa yang dinamakan renaissance. Renaissance disebut juga Abad Kebangkitan karena ia adalah awal kebangkitan manusia Eropa yang ingin bebas dan tidak lagi terbelenggu sebagai kehendak untuk merealisasikan hakikat manusia sendiri. Renaissance merupakan gerakan yang menaruh minat untuk mempelajari dan memahami kembali peradaban dan kebudayaan Yunani dan Romawi kuno (Suhamihardja, 2002: 3).**
**(https://saripedia.wordpress.com/tag/dark-age/)

Pada saat Eropa mulai bangkit, Islam justru mengalami kemunduran danm keterbelakangan. Setelah Eropa kuat karena mengambil ilmu dan peradaban dari Islam, mulailah Eropa memberantas umat Islam dan merampas kekayaannya, serta melakukan penjajahan keseluruh dunia. Jadi, renaissance yang telah membangkitkan Eropa dari keterbelakangannya itu membawa dampak luar biasa, tidak hanya bagi masyarakat Eropa, namun juga bagi Dunia Islam. Dampak yang dirasakan bagi Eropa justru berkebalikkan dengan dampak yang diterima bagi dunia Islam.

Selain penjajahan negeri-negeri umat Islam, dampak negatif renaissance terhadap Dunia Islam tersebut dikemukakan oleh Abul Hasan Ali An-Nadawi yaitu dunia Islam dipaksa keadaan untuk tunduk pada pola ajaran materialistis mengalami kemunduran ilmiah sehingga system kehidupan yang dijalankan saat ini mau tidak mau harus sesuai dengan pola ajaran Barat.
Saat ini yang sering dituduhkan penjahat—atau Bahasa kekiniannya teroris—adalah umat Islam. Padahal jika ditelusuri, tuduhan-tuduhan tersebut merupakan hasil konspirasi dalam menutupi kejahatan-kejahatan yang saat ini terjadi.

***

Kisah-kisah Islam sejatinya memang lebih memukau, dan lebih mnginspirasi—terlepas darimana penulis kartun One Piece itu terinspirasi. Yang jelas, selain menonton kartun, kita harus lebih bersemangat mentadaburri sirah-sirah Islam. Hehe
Semoga kita senantiasa dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi :)


wallahu a'lam bishawab

1 komentar: